03/02/2013

Seluk Beluk Cathinone / Kath

Beberapa hari belakangan media heboh memberitakan tentang penangkapan selebritis Rafi Ahmad oleh Badan Narkotika Nasional. Beberapa pil yang mengandung Cathinone ditemukan oleh pihak BNN di kediaman Rafi Ahmad tersebut.  Nah, bagi yang penasaran Cathinone/Kath itu apa, cekidot!!

1. Sejarah Cathinone/Kath
    Di daerah tertentu di timur Afrika dari Semenanjung Arab, Daun dari tanaman Khat (Latin : Catha Edulis, Celastraceae) digunakan secara bebas sebagai stimulan, pada medis, dan dijual di pasaran sebagai mata pencaharian. Hal ini menarik organisasi internasional (Nasional Liga, 1936; Komisi PBB 1956; Komita WHO 1964). Penyebaran penggunaan tanaman khat terbatas pada daerah sekitar tanaman tersebut berada, kkarna tanaman Khat harus dalam kondisi segar agar dapat dikonsumsi. Namun, sekarang pengguna daun khat dapat ditemukan di daerah yang jauh dari tanaman asal, hal ini di duga transportasi daun khat yang dilakukan secara cepat melalui jalur udara. Bahkan daun kat ditemukan dijual di daerah inggris (Mayberry et al. 1985; McLaren, 1987), hal ini menjadi kekhawatirn beberapa pihak karena efek psikologi yang ditimbulkan saat mengkonsumsi tanaman Khat.

2. Dampak Mengkonsumsi Kath/Cathonine
Ternyata Cathinone bukanlah penemuan baru, Renneisen, 1990 melakukan penelitian terhadap penggunaan daun. Penelitian dilakukan terhadap beberapa responden yang diteliti selama mengkonsumsi daun Khat. Hasil penelitian tersebut menunjukkan perubahan pada tekanana darah, detak jantung, dan konsenstrasi plasma.

Penelitian tersebut "berujung" pada kesimpulan sbb :
    Menurut situs National Institute on Drug Abuse, zat ini dapat  merangsang peningkatan kadar neurotransmitter (zat pengantar impuls saraf) dopamin yang menimbulkan rasa gembira dan meningkatkan tenaga. Efek lain adalah peningkatan kadar norepinefrin meningkatkan detak jantung dan tekanan darah. Namun, pengguna bisa mengalami halusinasi akibat peningkatan kadar serotonin. Akibat buruk lain adalah dehidrasi, kerusakan jaringan otot, dan gagal ginjal yang berujung pada kematian.

Dalam sebuah penelitian dalam Journal of American Heart Association, peneliti mengikuti lebih dari 7.000 orang penderita penyakit jantung di Bahrain, Arab Saudi, Qatar, Oman, Uni Emirat Arab, dan Yaman selama satu tahun. Sembilan belas persen peserta memakai khat. Para pemakai khat secara keseluruhan memiliki tingkat diabetes yang lebih rendah dan tekanan darah tinggi, faktor klasik pemicu serangan jantung dan stroke.

3. Khat Ditemukan di Bogor
 Khat, bahan untuk pembuatan cathinone/katinona bukan barang baru untuk warga di sekitar Cisarua, Puncak, Kabupaten Bogor.   Tanama tersebut sudah ditanam warga dan dikonsumsi sejak 2006.

Hal itu diungkapkan Rusli Doelberi, Kepala Desa Tugu Selatan kepada Media Indonesia, Minggu (3/2) sore.

"Tanaman ini muncul di tahun 2006 atau 2007. Saya tidak tahu persis asal muasalnya. Mungkin dibawa warga negara asing. Di Cisarua kan banyak warga dari Timar Tengah," ujarnya.

Warga menanam daun tersebut di pot-pot, di pekarangan rumah, di kebun di antara tanaman lain. Dan terus berkembang biak. Terlebih setelah warga mengetahui tanaman itu bernilai jual tinggi, banyak warga membudidayakan Khat itu.

"Mungkin ada WNA bawa dan minta untuk ditanam. Tumbuh subur, banyak yang beli dengan harga tinggi, warga berpikir mending tanam ini," tuturnya.

Penduduk tidak menjualnya namun pembeli yang datang. Pembeli atau suruhan orang Timur Tengah datang ke warga. satu kantong kresek daun khat dihargai mulai dari Rp400 ribu hingga Rp500 ribu.


Sekian seluk beluk cathinone / kath, semoga bermanfaat :)


No comments:

Post a Comment